Proses masuknya informasi yang berasal
dari luar diri kita hingga menjadi memori yang tersimpan di bawah sadar adalah
sebagai berikut. Pertama, karena begitu banyaknya bit informasi yang diterima
seseorang, ada sekitar 2.000.000 bit, maka pikiran sadar perlu melakukan filter
berdasarkan kriteria berikut:
• Informasi yang paling kuat atau
berpengaruh
• Informasi yang berhubungan dengan keselamatan hidup (menurut pemikiran pikiran bawah sadar) atau
• Aspek yang sejalan dengan preferensi sistem sensori anda (visual, auditori, atau kinestetik) . Kita cenderung lebih memperhatikan salah satu aspek daripada yang lainnya.
• Informasi yang berhubungan dengan keselamatan hidup (menurut pemikiran pikiran bawah sadar) atau
• Aspek yang sejalan dengan preferensi sistem sensori anda (visual, auditori, atau kinestetik) . Kita cenderung lebih memperhatikan salah satu aspek daripada yang lainnya.
Stimulus adalah informasi apa saja yang
masuk melalui panca indera, atau yang dihasilkan oleh pikiran sendiri, bisa
berasal dari suatu memori atau suatu skenario pemikiran.
Setelah proses saringan awal selesai
dilakukan, informasi tiba di bagian otak yang dinamakan thalamus. Thalamus
bertugas mengirim “bahan mentah” informasi ke bagian otak yang bertugas
memproses informasi sesuai dengan komponennya, misalnya warna, kontras,
gerakan, suara, dan lain sebagainya.
Satu hal menarik yaitu saat bagian otak,
setelah menerima dan memproses tiap komponen informasi, mengirimnya kembali ke
thalamus, ternyata informasinya telah bertambah semkitar 80% lebih banyak
daripada saat pertama kali diterima. Otak ternyata telah menambahkan lebih
banyak informasi daripada saat pertama kali informasi itu diterima. Hal ini
berarti 80% dari persepsi kita terhadap suatu informasi adalah hasil rekayasa
kita sendiri, bukan apa informasi itu adanya.
Dengan kata lain diri kitalah yang
sebenarnya menentukan apa yang kita persepsikan, dan persepsi bergantung pada
pembelajaran atau pengalaman sebelumnya. Saat kita melihat sebuah kursi kita
mengenalinya sebagai sebuah kursi karena kita telah melihat kursi sebelumnya.
Jika kursi yang sama kita tunjukkan pada anak kecil, yang sebelumnya sama
sekali belum pernah melihat atau tahu tentang kursi,maka anak ini besar
kemungkinannya akan mencoba berbicara, mencium, menggigit, merasa, atau mencoba
duduk di atasnya.
Lalu, apakah sebenarnya informasi
tambahan 80% ini dan dari mana datangnya ?
Semuanya berasal dari hasil pembelajaran
kita mulai kecil hingga dewasa. Sejak kita lahir kita telah membangun model dunia
yang kita gunakan untuk menjalani hidup kita. Model ini menentukan pemahaman
kita bagaimana dunia sekitar kita berjalan dan bagaimana kita bisa menjelajahi
dunia dengan aman dan selamat. Kita menggunakan model ini sebagai peta navigasi
dalam menelusuri belantara kehidupan.
Saat dewasa kita merasa yakin telah
berhasil membangun model dunia yang kita gunakan untuk menjalani hidup yang
berhasil. Namun benarkah hal ini? Banyak orang gagal atau sulit sekali berhasil
karena mereka menggunakan peta yang tidak akurat. Peta yang sudah kuno dan
tidak pernah di-update.
Kita sering salah karena menganggap peta
adalah realita. Albert Korzybski dengan sangat bijak menyatakan, dalam Science
and Sanity, “The map is not the territory it represents”.
Bandler dan Grinder, dalam The Structure
of Magic (vol 1) menjelaskan dengan sangat bagus bagaimana kita mengatur
pengalaman atau apa yang kita alami hingga akhirnya menjadi model dunia kita.
Mereka menyebutnya dengan “universal processes of human modelling” yaitu
“deletion”, “distortion”, dan “generalisation”.
Deletion adalah proses di mana filter
pikiran kita “menghapus” informasi yang dirasa atau dipersepsi tidak penting
atau relevan sebelum informasi itu sampai di pikiran sadar atau kita sadari.
Dengan kata lain, hanya informasi yang dirasa bermanfaat atau relevan saja yang
bisa masuk ke wilayah kesadaran kita.
Contohnya, saat ini, saat anda membaca
artikel ini, anda pasti tidak menyadari suara halus dari kipas komputer anda.
Atau anda tidak merasakan sensasi tubuh anda yang saat ini sedang duduk di
kursi. Nah, baru setelah saya menyatakan hal ini maka anda sekarang menyadari
sensasi (informasi) yang tadinya tidak anda sadari karena dianggap tidak
penting atau relevan.
Bisa anda bayangkan bagaimana repotnya
kita jika semua informasi atau sensasi itu masuk ke pikiran sadar tanpa
disaring terlebih dahulu?
Aldus Huxley menulis dalam The Doors of
Perception, “Experience has to be funnelled through the reducing valve of brain
and nervous system. What comes out the end is a measly trickle of the kind of
consciousness which help us to stay alive on the surface of this particular
planet.”
Distortion adalah kondisi di mana kita
tidak melihat sesuatu apa adanya namun lebih berdasarkan ekspektasi tertentu
sehingga apa yang kita lihat akan terpengaruh sedemikian rupa agar sejalan atau
sesuai dengan model dunia yang ada di pikiran kita.
Contohnya begini. Pernahkah anda bertemu
dengan seorang kawan dan tidak menyadari bahwa kawan anda ini baru memotong
rambutnya mengikuti model terbaru? Baru setelah beberapa saat anda mulai
menyadari ada yang lain dengan kawan anda ini. Dan selang beberapa saat barulah
anda benar-benar sadar atau tahu bahwa model rambut kawan anda telah berubah.
Dalam studi mengenai persepsi dikenal
istilah Difference Threshold yaitu jumlah stimulasi minimal yang dibutuhkan
sistem saraf pusat untuk mengenali perbedaan di antara dua stimuli yang berbeda
- misalnya bagaimana wajah kawan anda, saat sekarang anda bertemu
dengannya, dengan bagaimana wajah kawan anda berdasarkan memori anda
sebelumnya.
Generalisation adalah dasar dari proses
pembelajaran. Dengan generalisasi kita melakukan pencarian pola tertentu saat
kita berinteraksi dengan lingkungan dan orang lain. Generalisasi bekerja dengan
tiga algoritma dasar berikut:
A = B artinya hal yang satu ini sama
dengan hal yang itu.
A ≠ B artinya hal yang satu ini tidak sama dengan hal yang itu.
C -> E artinya hal ini mengakibatkan terjadinya hal itu. Ini dikenal dengan hukum “Sebab-Akibat”
A ≠ B artinya hal yang satu ini tidak sama dengan hal yang itu.
C -> E artinya hal ini mengakibatkan terjadinya hal itu. Ini dikenal dengan hukum “Sebab-Akibat”
Generalisasi sangat membantu hidup kita.
Bila kita bertemu dengan pintu, maka apa yang terpasang di pintu itu, yang
bentuknya bisa macam-macam, kita tahu benda itu bisa diputar atau ditekan ke
bawah sehingga pintu akan terbuka. Kita tidak perlu lagi mempelajari apakah
benda itu dan bagaimana cara kerjanya. Ini adalah handle pintu dan kita tahu
cara kerjanya.
Namun generalisasi juga akan membuat
diri kita susah jika kita tidak menyadari kelemahannya. Para psikolog melakukan
eksperimen pada 100 orang. Subjek penelitian dimasukkan ke dalam suatu ruangan
dan diminta untuk keluar dari ruangan ini melalui satu pintu. Semua subjek
penelitian mencoba membuka pintu dengan cara memegang handle lalu mendorong
atau menariknya. Pintu tidak bergerak sama sekali. Mereka menyimpulkan bahwa
pintu terkunci.
Nah, pertanyaan saya pada anda, “Apa
yang akan anda lakukan untuk membuka pintu ini?”
Jangan meneruskanmembaca. Coba berpikir
dulu. Sudah ketemu jawabannya?
Kalau masih tetap nggak nemu, ini saya
kasih jawabannya. Pintu ini dirancang dengan posisi engsel berada di sisi yang
sama dengan handle pintu. Jadi, yang perlu dilakukan adalah dorong pintu di
sisi satunya maka pintu pasti akan terbuka. He..he… gitu aja kok repot.
SUMBER: http://www.quantum-hypnosis.com
0 comments:
Post a Comment