Pasang iklan Pasang iklan pasang iklan pasang iklan

Wednesday 16 October 2013

Branding






Semakin semaraknya iklan-iklan produk yang ditampilkan oleh media massa seperti televisi, majalah, koran dan sebagainya memberikan dampak kebingungan diantara para pengguna. Semua iklan produk menyatakan dirinya adalah produk unggulan, produk yang layak dipakai dan bahkan dibeberapa media bahkan menggunakan massa yang cukup besar untuk menunjukkan bahwa produk yang ditampilkan adalah produk yang telah digunakan oleh jutaan orang di negara tersebut bahkan di dunia . Semua produk ingin dikenal oleh masyarakat audiens. Menggunakan berbagai cara mulai dari budaya hingga gaya hidup masyarakat, agar produk tersebut melekat dan tersimpan kuat di dalam benak masyarakat. Apapun yang dilakukan oleh produsen untuk memperkenalkan produknya lewat iklan-iklan tersebut merupakan sebuah tindakan branding. Kemudian apa itu brand ? dan bagaimana membangun sebuah brand ?.
Sebelum masuk pada definisi brand, perlu diketahui dulu disini mengenai cara produsen mengkomunikasikan produknya kepada masyarakat luas. Ada dua hal penting yang secara umum dilakukan produsen dalam mengkomunikasikan produknya yaitu above-line communications dan below-line communications. Above-line communications (Swystun, 2007: 4) dipahami sebagai :
“This term refers to marketing communications involving the purchase of traditional media such as television, radio, print, and outdoors; media in which results can be measured. As marketing and communications options have expanded, and advertising agency compensation has moved from commission-based to fee-based, this term has become increasingly dated and now reflects what traditional advertising agencies included in their base commission rate rather than what impact the media would have had on customers”.
(Bentuk ini mengacu pada komunikasi pemasaran yang menyertakan belanja media tradisional seperti televisi, radio, cetak dan outdoor; media tersebut hasil-hasilnya dapat diukur. Sebagai bentuk pemasaran dan komunikasi yang telah berkembang, dan membuat agen periklanan berubah bentuk dari komisi menjadi berbayar, dimana bentuk ini telah meningkat belakangan dan saat ini memberikan gambaran apa yang agen periklanan tradisional masukkan biaya komisi melebihi dari pengaruh media yang akan terjadi pada konsumen).
Sedangkan below-line communications (Swystun, 2007: 12) dikatakan sebagai :
“This is a term used for communications that don’t involve the purchase of media. With communications becoming more integrated, this and above-the-line communications are becoming less and less accurate descriptors. Below-the-line activities may include publicity, direct marketing, promotions, and media relations”.
(Ini adalah bentuk untuk komunikasi yang tidak memasukkan belanja media. Komunikasi menjadi lebih terpadu, kedua bentuk komunikasi ini menjadi lebih sedikit akurat descriptors. Aktifitas Below-the-line meliputi publikasi, pemasaran langsung, promosi dan hubungan-hubungan dengan berbagai media)
Kedua bentuk komunikasi yang dilakukan produsen diatas pada intinya adalah usaha-usaha untuk mendekatkan produk kepada konsumen. Usaha pendekatan inilah yang disebut dengan brand. Brand bisa diartikan sebagai penjumlahan total dari keseluruhan pengalaman pengguna terhadap sebuah produk ataupun layanan tertentu, membangun reputasi dan harapan kedepan yang menguntungkan (Miletsky dan Smith, 2009: 2).  Tentunya hal ini terkait dengan kepercayaan yang diberikan oleh brand tersebut kepada penggunanya. Elemen-elemen yang menentukan tingkat kepercayaan konsumen terhadap sebuah brand adalah sebagai berikut :
  1. Janji yang diberikan sesuai dengan kenyataan walaupun hal ini tidak dinyatakan dengan jelas, tetapi menjadi salah satu faktor utama kesuksesan sebuah brand.
  2. Memberikan kepribadian tersendiri terhadap pengguna brand. Pengguna mobil BMW akan merasakan lebih elegan dan ekslusif ketimbang pengguna mobil Innova misalnya.
  3. USP (Unique Selling Proposition). Munculnya sebuah brand sebagai dasar untuk membedakan perusahaan, produk atau layanannya dengan perusahaan, produk atau layanan lainnya (Miletsky dan Smith, 2009: 3).
Selain itu dikatakan bahwa brand bisa lebih dari batasan logo ataupun nama (Davis, 2009: 12). Sebuah brand mampu mewakili secara utuh kepribadian perusahaan dan sebagai penghubung antara perusahaan dan pemirsanya. Hubungan yang dilakukan brand terhadap pemirsanya bisa melalui visual dan pendengaran, pengalaman terhadap sebuah brand, persepsi atau perasaan secara umum tentang perusahaan pembuat brand tersebut. Menurut Hammond (2008;8) Selain itu brand mampu mewakili lebih dari sebuah fakta, hubungan rasional terhadap sebuah produk maupun layanan. Brand hadir diantara batas alasan yang masuk akal hingga sampai kepada emosi. Emosi adalah sekumpulan struktur psikologis atau kerangka acuan yang dibentuk dan diwujudkan dalam pikiran dan dipicu oleh pengalaman tertentu (Hammond, 2008: 31). Menurut para ahli, emosi berbeda dengan perasaan. Emosi dianggap sebagai pembangkit perasaan. Salah satu kunci untuk membangun sebuah brand adalah mengindentifikasi dan memengaruhi pemicu emosi dalam proses pembelian dengan membangun perasaan positif tentang sebuah produk atau layanan.  
                  Untuk bisa membangun perasaan yang positif, ada dua hal yang perlu mendapat perhatian oleh produsen yaitu tentang cara otak bekerja. Otak dalam mengolah sebuah informasi yang diberikan, menggunakan dua hal yaitu rasional dan emosional.

Menurut teori lama, dikatakan bahwa otak manusia terbagi menjadi dua bagian yaitu otak kanan dan otak kiri. Otak kanan bekerja lebih berdasarkan kepada intuisi, perasaan, emosi dan akal pikiran. Sedangkan otak kiri bekerja lebih pada pengolahan bahasa, fakta dan angka yang merupakan sisi logika manusia. Para ahli yakin bahwa pengolahan informasi oleh kedua otak tersebut dilakukan secara terus menerus yang merupakan bentuk mekanisme total dari keseluruhan aktifitas manusia dimana keduanya bisa saling melakukan crossover atau berbagi informasi.
Selain itu ada beberapa hal penting yang terkait dengan pembedaan prinsip kerja antara rasional dan emosional.
  1. Rasional bekerja lebih lambat dari bagian emosional sehingga tindakan ditentukan oleh emosi. Bukan berarti bahwa rasional dan emosi bekerja sendiri-sendiri, tetapi keduanya saling terhubung, saling mendukung dan tidak pernah mendahului.
  2. Sistem emosional jauh lebih kuat dibandingkan dengan sistem rasional. Segala kesadaran pemikiran-logika dan rasional-akan selalu mengarah kepada emosional. Bahkan pemikiran irasional sekalipun tetap akan mengarah kepada emosional.
  3. Beberapa bagian sistem emosional bekerja dibawah kesadaran yang disengaja, digerakkan oleh ingatan hubungan dan pengalaman masa lalu. Proses yang muncul sangat kuat, terkadang begitu kuatnya sehingga menjadi pemicu tindakan yang dilakukan dan tidak mempunyai kendali.
  4. Sistem memori pada respon otak lebih mengacu pada pengalaman masa lalu yang lebih spesifik dan lengkap lebih daripada hal yang tidak jelas dan terbagi-bagi. Lebih kuatnya memori emosional, menjadikan lebih besarnya dasar pembenaran dan alasan yang akan digunakan oleh pemikiran rasional untuk mendukung hasil yang terjadi.
Sehingga dengan melihat cara kerja rasional dan emosional maka brand akan sangat berfungsi apabila:
  1. Tidak sepenuhnya menghilangkan keistimewaan produk, pilihan pelayanan, dan bahkan harga yang ditawarkan.
  2. Membangun hubungan emosi yang kuat dengan konsumen sehingga konsumen akan membeli sebuah produk berdasarkan pada emosi dan dasar pembenaran sebagai alasan.
  3. Lebih sering memfokuskan perhatian pada hal-hal yang bersifat positif sebanyak mungkin pada emosi konsumen.
  4. Membangun pengalaman dengan konsumen dan menjadikannya ingatan yang tersimpan lama dalam benak konsumen.
  5. Pengalaman konsumen harus dibangun melebihi dari harapan yang telah ditentukan dan menimbulkan ingatan yang kuat dalam benak konsumen.
Daftar Pustaka
Davis,Melissa, 2009, The Fundamentals of Branding; AVA Publishing SA
Hammond, James, 2008, Branding Your Business,
Miletsky,Jason I. and  Smith,Genevieve, 2009,  Perspectives on Branding; Course Technology
Swystun,Jeff, 2007, The Brand Glossary; Palgrave Macmillan


0 comments:

Post a Comment

Pasang iklan Pasang iklan pasang iklan pasang iklan